Sinemaghhh dengan 1000% Kebahagiaan: Sebuah bacotan singkat Perihal Film Bootlegging My Way Into Hell

Aku terdiam setelah film ini selesai, begitu pula teman musisiku, Gian. Sontak kami saling bertanya, “Film apa ini?!” Sambil tertawa tipis. Sungguh, Begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala kami. Pertanyaan-pertanyaan konyol selayaknya apa yang kami rasakan kala menonton.
“Kenapa kita menonton film ini Gi!” kataku sambil berteriak.
“Entahlah bang!“ jawab Gian cengengesan sambil menghisap pod berperisa stroberi mint, seperti sedikit menyesal–kurasa.
Kami benar-benar shock berat. Berat sekali! Azzam kelewatan benar mengemas film ini. Entah apa yang ada di otaknya.

Sekedar info saja.
Ini sebetulnya bukan film Azzam yang pertama kutonton, melainkan “Arumi & Lidah Pocong” dan itu membuatku ingin menciptakan film (walau sampai sekarang belum kesampaian).
Film yang berkisah tentang Arumi, penderita Covid-19 yang mengalami anosmia. Untuk mengatasi anosmianya itu, gadis itu menggunakan liur pocong yang konon dipercaya dapat melezatkan makanan.

Dari sinopsis ini saja, kalian dapat membayangkan betapa konyolnya film ini. Tonton saja! Kalian akan melihat adegan pocong berjalan selayaknya manusia normal, mendengar sound effect layaknya Mister Bean, seorang wanita menggunakan bumbu mie instan sebagai pengganti sabu, atau kuah liur pocong berjenggot, dan hal tak masuk akal lain.
Entah siapa yang pertama kali memperkenalkanku dengan film-film seperti ini. Aku benar-benar lupa. Sampai akhirnya, aku tahu bahwasanya jenis film seperti ini adalah film B.
Secara gampangnya, film B diproduksi dengan budget rendah, seperti filmnya Azzam. Tidak bisa ditebak–sesukanya–mau salto sambil terberak-beraklah, atau bersihin selangkangan pakai roda motorlah, atau melihat adegan-adegan tidak senonoh yang direkam dalam format 3GP.
Perlawanan habis! Eksperimental parah! Seneng banget ketika aku menemukan kekonyolan seperti itu.
Ok. Kita kembali ke semula.
Film Azzam yang kumaksud di awal adalah “Bootlegging My Way Into Hell”. Sekilas, film ini berkisah tentang hidup tiga sahabat menjadi seperti neraka ketika mereka mencoba untuk reka ulang kematian bintang film dewasa bernama Bima Jantan. Awalnya, aku berekspektasi film itu penuh dengan adegan-adegan seksual yang menegangkan alat kelamin. Ternyata prasangkaku salah.
Amoral! Absurd!
Ya, kalian pikir saja. Setelah reka ulang adegan itu terjadi, kehamilan terjadi pada diri seorang pemeran perempuan secara tiba-tiba, akan tetapi kehamilan itu berpindah ke seorang pria, ketika mereka berpelukan. Layaknya virus Covid-19! Menular! Seperti penyebaran video bokep ‘bawah tanah’ Bima Jantan yang disebarkan melalui Bluetooth.
Banyak hal yang membuatku sampai menarik-narik rambut hingga lemas tak berdaya. Misal, Bima Jantan dapat ereksi selama tiga hari karena ia mengolesi kelaminnya dengan jus tubuh bayi (apa-apaan ini?). Lalu, Bima Jantan merupakan ‘bintang bokep bawah tanah’ (di bagian ini aku ketawa lepas). Baru kali ini kudengar kalimat ini.
Jika ditanya, apakah nafsu makanku terganggu dengan adegan-adegan yang ada di film itu? Jawabannya sama sekali tidak! Tidak ada kengerian yang kudapat. Malah sebaliknya. Gelak tawa dan rasa heran yang kurasa dari scene awal hingga akhir.
“Ari, anak lo diblender!”, “Nyokap cerita, dia pernah ng*we sama bokap sampai lumpuh. Lumpuhnya dapet, orgasmenya nggak”, “Pernah sekali ia bercinta dengan mayat seorang perempuan. Mayat tersebut orgasme.”, “Lu yang jahit pantat gue”
Sedikit bocoran dialog dan pernyataan yang membuatku seketika ingin berak sambil ngakak.

Sama-sama kita ketahui film merupakan sarana hiburan masyarakat. Ya, sebagai masyarakat kelas bawah, film ini sangat membuatku terhibur. Aku dapat mengklaim ini adalah genre Azzam shitpost sinema universe edgy dengan 1000% kebahagiaan! Terlihat lebay, tapi beginilah nyatanya.
Aku membaca beberapa artikel yang membahas terkait dengan produksi film-film B, bisa dikatakan film-film seperti ini hadir atas kesadaran yang membatasi gerak seorang sineas ketika ingin memproduksi film arus utama, sehingga film-film yang dihasilkan memiliki berbagai hal yang membebaninya, baik dari segi biaya produksi maupun dari segi energi yang dirasakan di dalam film tersebut. Dan paling menjadi faktor utama bagi seorang sineas film-film B, mereka dapat mengeluarkan ide-ide gilanya dengan berbagai cara eksplorasi paling sadis yang kemungkinan akan menciptakan daya tarik tersendiri.
Pesanku, fardhu bagi kalian untuk menonton film-film karya Azzam. Menurutku, film “Bootlegging My Way Into Hell” merupakan karya Azzam yang paling eksploratif, sinting, sekaligus puitis. Aku sarankan kalian jangan menonton dalam keadaan ereksi! Aku takut kelamin kalian membusuk tiba-tiba. Oh iya, film ini dapat disaksikan di aplikasi bioskop online, cuma Rp 10.000.
Gas!
Alfarizi Andrianaldi